---

meliana

Lihat Kartu Ucapan Lainnya (KapanLagi.com)

02 Mei 2009

Penciptaan Akal dan Nafsu

Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau."

Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.

Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."

Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."

Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, mengadaplah kamu!".

Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."

Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".

Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."

Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".

Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."

Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa. Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahwa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita mengawal nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengawal kita, sebab kalau dia yang mengawal kita maka kita akan menjadi musnah

Malu Dilihat Anjing

Suatu Hari, bersama beberapa temannya, Husain bin Ali berangat ke kebun yang dijaga seorang budak bernama Shafi. Husain sengaja datang ke kebun itu tanpa memberi tahu terlebih dahulu sebelumnya.

Ketika tiba di kebun, Husain melihat budaknya sedang-duduk istirahat di bawah sebatang pohon sambil makan roti. la juga melihat seekor anjing sedang duduk di hadapan Shafi sedang menikmati makannya juga. Husain melihat Shafi membela rotinya menjadi dua. Yang separuh dimakan sendiri sedang separuhnya diberikan kepada anjing.

Setelah selesai menghabiskan bagian roti masing-masing, Shafi berdoa sambil mengangkat kedua tangannya,” Al hamdulillah rabbil ‘alamin.Ya Allah, berikanlah maaf dan ampun-Mu kepadaku dan kepada tuanku. Limpahkanlah, rahmat dan karunia-Mu kepadanya sebagaimana Engkau telah memberkati ayah dan bundanya dengan rahmat yang dan belas kasih-Mu ya Rabbal Alamin.

Husain menyaksikan semua itu. Mendengar kata-kata dan melihat perbuatan Shafi, Husain tidak dapat menahan dirinya. la memanggil “Ya Shafi...” Shafi kaget mendengar panggilan tuaannya.

Sambil meloncat dengan gugup ia menjawab, ”Aduh tuanku! Maafkan aku. Sungguh, aku benar-benar tidak melihatmu.” Shafi merasa bersalah karena tidak mengetahui kedatangan tuannya.

Tetapi sambil mendekati Shafi Husain berkata, ”Sudahlah, sebenarnya aku yang bersalah dan minta maaf padamu. Sebab aku memasuki kebunmu tanpa izin lebih dahulu,”

“Kenapa tuan mengatakan demikian,” kata Shofi dengan rikuh.

“Sudahlah jangan kita personalkan lagi . masalah ini. Hanya aku ingin mengapa anjing itu tadi engkau beri separuh dari rotimu?” tanya al-Husain penuh penasaran.

Dengan malu Shafi menjawab “Maklumlah tuan, aku merasa malu dipandangi terus oleh anjing itu ketika aku hendak makan tadi.

Sedang anjing itu milik tuan dan dia turut menjaga kebun ini dari gangguan orang. Sedang aku hanya mengerjakan kebun tuan ini. Karena itu, menurut pendapatku, rezeki dari tuan, sudah selayaknya kubagi dengan anjing ini.” Mendengar penjelasan Shafi, Husain terharu dan meneteskan air mata. Orang yang berderajat budak ternyata memiliki budi yang tinggi. Dengan suara parau, Husain berkata,”Wahai Shafi, saat ini juga engkau bebas dari perbudakan. Terimalah dua ribu dinar sebagai pemberian dariku dengan penuh keikhlasan.

Lama Shafi tertegun melihat Husain dari uang dua ribu dinar tersebut. la seolah tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Namun Husain menganggukkan kepalanya dengan senyuman sambil menyerahkan uang tersebut

Segelas Air

SUATU hari tampak Khalifah Harun AI-Rasyid salah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Abbasiyah yang terkenal dengan kebaikan dan kesolehannanya, seorang khalifah yang sangat tawaddu'.

Suatu hari beliau duduk dengan gelisah dan tidak tahu apa sebabnya, tampak duduknya tidak tenang, sekali-kali berdiri dan kemudian duduk kembali begitu seterusnya. Khalifah Harun Al- Rasyid memerintahkan salah seorang pengawalnya untuk mengundang seorang ulama 'yang sholeh dan tawaddu' pada masa itu, seorang ulama' yang tidak pernah mau dekat dan menerima jabatan apapun dari Khalifah dan hal itu membuat Khalifah Harun AI-Rasyid sangat menghormatinya, yaitu Abu As Sammak.

Ketika Abu As Sammak datang kehadapannya, Khalifah langsung berkata "nasehatilah aku, wahai Abu As Sammak, ulama' yang baik dan berpendirian teguh," demikian mulia permohonan dari Khalifah yang mempunyai kekuasaan tiada banding kala itu kepada seorang ulama yang sangat bersahaja datang kehadapannya dengan berjalan kaki.

Pada saat itu datang seorang pelayan dengan membawa segelas air untuk Khalitah Harun AI-Rasyid, dan ketika dia bersiap untuk meminumnya, Abu As-Sammak berkata : "Tunggu sebentar wahai Amirul Mukminin. Demi Allah, aku mengharap agar pertanyaanku dijawab dengan kejujuranmu. Seandainya anda berada dalam kehausan yang tak tertahan lagi, tapi segelas air ini tak dapat anda minum, berapa harga yang bersedia anda bayar demi melepaskan dahaga?".

"Setengah dari yang kumiliki," ujar sang Khalifah dan langsung meminum segelas air tersebut. Beberapa saat kemudian setelah sang Khalifah meminum segelas air tersebut, Abu As- Sammak bertanya kembali, "seandainya apa yang telah anda minum tadi tak dapat keluar kembali, sehingga mengganggu kesehatan anda, berapakah anda bersedia membayar untuk kesembuhan anda?".

"Setengah dari yang kumiliki," jawab Khalifah Harun AI- Rasyid tegas. "Ketahuilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan di dunia yang nilainya hanya seharga segelas air tidak wajar diperebutkan atau dipertahankan tanpa hak dan kebenaran," kata Abu As Sammak kepada Khalifah Harun AI-Rasyid.

Khalifah Harun AI-Rasyid yang kekuasaannya meliputi negara yang amat luas dan Bani Abbasiyah dalam puncak kejayaan membenarkan ucapan Abu As Sammak, demikian agung dan jujur Khalifah Harun Al- Rasyid begitu juga dengan Abu As Sammak yang berani dan tegas terhadap penguasa.


Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".

Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT berfirman, "Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".